Jumat, 12 Oktober 2012

Waspada Terhadap Ideologi Kiri !

Ustadz Alfian Tanjung menyampaikan sinyalemen mengejutkan saat beliau menjadi pembicara dalam Forum Kajian Sosial Kemasyarakatan (FKSK) di halaman Radio Dakta, pada Ahad (30/9/2012) lalu. “PKI bukan lagi ancaman, dia ini kenyataan, dia sudah bangkit. Mereka merasa ketika orang lain tidak mempersoalkan maka keberadaan mereka adalah hal yang lumrah. Mereka akan terus mengkonsolidasikan diri, akan memperkuat dukungan massa sebagai basis dukungan mereka,” demikian kata ustadz yang juga dosen UHAMKA ini.

Kebangkitan ini, menurut ustadz Alfian dimulai dari gerakan mahasiswa yang mulai muncul sejak tahun 1993 dan telah menyusup ke dalam kampus-kampus Islam. Pola penyusupan mereka adalah dengan menggunakan strategi komunis putih, mereka banyak menggunakan kampus-kampus Islam untuk melahirkan orang-orang yang menjadikan agama untuk memberikan regulasi revolusi di kalangan kaum muslim kampus. Untuk itu ia menekankan agar umat Islam khususnya di kalangan mahasiswa untuk mewaspadai penyusupan para aktivis yang membawa ideologi komunis ke dalam tubuh gerakan mahasiswa Islam. (www.voa-islam.com/2012/09/30)

Sinyalemen Ust. Alfian Tanjung ini layak untuk diperhatikan dan didiskusikan, sebagaimana AK Pringgodigdo SH dalam bukunya "Sejarah Pergerakan Rakyat Indonesia" mengemukakan bahwa H. Misbach, seorang komunis keagamaan 87 tahun yang lalu, di depan Kongres PKI di Bandung pada tanggal 4 Maret 1925 menggunakan ayat-ayat Al Quran untuk “mencocokkan” antara komunisme dan Islam. Saat inipun ada ghazwul fikr dari kaum kiri yang menafsirkan ayat tertentu sebagai dalih seakan Islam dan Ideologi Sosialis/Komunis memiliki kesamaan. “Kesamaan” inilah yang biasanya dimanfaatkan untuk menyusupkan paham kiri pada ummat Islam.



Adakah Islam kiri ?

Apabila kita telusuri, maka kita hanya menjumpai tiga mabda’ (ideologi), yaitu Kapitalisme, Komunisme/sosialis dan Islam. Dua ideologi pertama, masing-masing diemban oleh satu atau beberapa Negara. Sedangkan mabda’ yang ketiga (Islam) saat ini tidak diemban oleh satu negarapun. Islam diemban oleh individu-individu dalam masyarakat. Sekalipun demikian, mabda’ ini tetap ada di seluruh penjuru dunia.

Mabda’ satu dengan yang lain akan saling mengalahkan, jadi sewajarnya jika antara satu dengan yang lain berusaha untuk saling mempengaruhi dan menguasai. Sosialisme-komunisme, kapitalis dan Islam, masing-masing memiliki asas yang berbeda dan juga akan memunculkan aturan-aturan yang berbeda pula, begitu juga dalam menyelesaikan setiap persoalan dalam kehidupan, termasuk pertentangan ideologi, karena masing-masing memiliki metode yang berbeda.

Komunisme/sosialis dan Islam memiliki asas yang berbeda, ushul (pokok) yang berbeda akan melahirkan furu’ (cabang) yang berbeda pula, sehingga masing – masing mabda’ akan menghasilkan aturan, maupun tolok ukur perbuatan yang berbeda, termasuk memiliki pandangan yang unik terhadap masyarakat, serta memiliki metoda tertentu dalam melaksanakan setiap aturannya.

Dalam muhadharah wa halaqah 2 disebutkan bahwa sosialisme termasuk juga komunisme, memandang bahwa alam semesta, manusia, dan hidup adalah materi. Bahwa materi adalah asal dari segala sesuatu. Melalui perkembangan dan evolusi materi benda-benda lainnya menjadi ada. Dibalik alam materi tidak ada alam lainnya.

Penganut ideologi ini mengingkari penciptaan alam ini oleh Zat Yang Maha Pencipta. Agama dianggap candu yang dapat meracuni masyarakat dan menghambat pekerjaan. Yang mereka akui hanya dunia saja. Mabda’ (ideologi) ini mengemban ide yang dijadikan sebagai dasar untuk memimpin bangsa-bangsa, yaitu dialektika materialisme dan evolusi materialisme.

Sedangkan Islam menerangkan bahwa di balik alam semesta, manusia, dan hidup, terdapat al kholiq yang menciptakan segala sesuatu, yaitu Allah swt. Firman Allah swt:”Allahlah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya dalam 6 masa, kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arsy.” (TQS. As Sajdah : 4). Asas dari Mabda Islam adalah keimanan pada yang enam, yakni : Iman pada Allah, Malaikat, Kitab, Nabi/Rosul, Hari Akhir dan Qodlo Qodhar, bukan dialektika materialisme !

Islam memandang bahwa Allah swt telah menentukan bagi manusia aturan hidup untuk dilaksanakan dalam kehdupan. Dia mengutus Muhammad saw guna membawa aturan-Nya untuk disampaikan kepada manusia. Manusia harus berjalan sesuai dengan aturan-Nya. Karena itu, jika seseorang menjumpai problematika, maka ia harus menggali (berijtihad guna menemukan) pemecahannya dari kitab (Al Quran) dan Sunnah. Bukan menafsirkan ayat-ayat Al Quran sesuai dengan kehendak hawa nafsunya, tetapi harus sesuai dengan aturan dalam Islam.

Ditinjau dari segi tolok ukur perbuatan dalam kehidupan, ideologi komunis/sosialis memandang bahwa dialektika materialisme, yaitu aturan materialisme merupakan tolok ukur dalam kehidupan manusia. Dengan berkembangnya materi, maka berkembang pula tolok ukurnya.

Islam memandang bahwa tolok ukur perbuatan dalam kehidupan adalah halal dan haram, yakni perintah-perintah Allah dan larangan-larangan-Nya. Yang halal dikerjakan dan yang haram ditinggalkan. Prinsip ini tidak akan mengalami perkembangan maupun perubahan.

Memang benar Mabda Komunisme/sosialis serta Islam sama – sama anti Kapitalisme, anti penumpukan harta pada sebagian orang, membela kelompok masyarakat lemah dan beberapa persamaan lain yang diklaim menjadi titik pertemuan Islam dengan Komunisme/sosialis. Namun sebagaimana dijelaskan di atas, Islam dan Komunisme/sosialis memiliki asas yang berbeda, Islam berasas pada aqidah Islam (Rukum Iman) sedangkan Komunisme/sosialis berasas dialektika materialisme.

Perbedaan asas yang merupakan masalah ushul (pokok) akan menyebabkan perbedaan di tingkat masalah cabang (furu’), karena asas adalah penentu dalam membedakan antara yang haq dan yang batil berdasarkan perspektif masing – masing mabda (ideologi).

Konon Komunisme/sosialis memperjuangkan keadilan, namun keadilan versi Komunisme/sosialis berbeda dengan keadilan Islam. Jika keadilan Komunisme/sosialis adalah keadilan kolektif, sama rasa sama rata, maka keadilan Islam adalah memberikan sesuatu pada yang berhak. Komunisme/sosialis memperjuangkan keadilan (persamaan) dengan cara membentuk masyarakat tanpa kelas.

Adapun Masyarakat Islam justru mengakui keberadaan si kaya dan si miskin, namun Islam mengatur hubungan antar keduanya, mengatur tata cara distribusi kekayaan melalui syariat zakat, infaq, shodaqoh dll, karena kaya dan miskin adalah sunatullah, tidak mungkin dihapuskan. Allah menciptakan sebagian hamba-Nya lebih daripada yang lain agar mereka saling ta’awun (tolong menolong).

Jika diteliti lebih lanjut, akan lebih banyak lagi perbedaan antara Islam dengan Komunisme/sosialis. Islam hanya menjadikan syara’ sebagai tolok ukur, bukan manfaat ataupun materialism, sehingga jelaslah bagi kita, bahwa tidak ada istilah Islam sosialis atau sosialisme Islam, demokrasi Islam, ataupun isme-isme lain yang mencampurkan al haq (Islam) dengan kebatilan. Islam adalah agama yang sempurna dan khas serta tidak ada yang lebih tinggi kecuali Islam semata.

Dan tidak diperbolehkan mengambil sebagian aturan jahiliyah kemudian mengambil sebagian aturan yang lain dari Islam. Firman allah swt : ”Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada Allah dan rasul-rasul nya, dan bermaksud memperbeda antara (keimanan kepada) allah dan rasul-rasul nya, dengan mengatakan: “kami beriman kepada yang sebagian dan kami kafir terhadap sebagian (yang lain)”, serta bermaksud (dengan perkataan itu) mengambil jalan (tengah) diantara yang demikian (iman atau kafir). Merekalah orang-orang yang kafir sebenar-benarnya. Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir itu siksaan yang menghinakan.” (TQS. An nisa’ : 150-151)



Kegemilangan Islam sepanjang masa

Islam adalah agama rahmatallil’alamin atau rahmat bagi seluruh alam semesta. Islam memandang bahwa Allah swt adalah pencipta segala sesuatu. Dialah yang mengutus para nabi dan rasul dengan membawa agama-Nya untuk seluruh umat manusia. Dan bahwa kelak manusia akan dihisab atas segala perbuatannya di hari kiamat. Karena itu, akidah Islam mencakup iman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para rasul-Nya, dan hari kiamat, serta qadla’ qadar baik buruknya dari Allah swt.

Islam memandang bahwa peraturan dilaksanakan oleh setiap individu mukmin dengan dorongan taqwallah yang tumbuh dalam jiwanya. Sementara teknis pelaksanaannya dijalankan oleh Negara dengan adil, yang dapat dirasakan oleh jamaah. Didukung oleh sikap tolong menolong antara umat dengan Negara dalam menjalankan amar ma’ruf nahi munkar, serta Negara bertanggung jawab terhadap urusan jamaah. Negara tidak mengurusi kepentingan individu, kecuali bagi mereka yang fisiknya lemah (tidak mampu). Selain itu, peraturan Islam tidak mengalami perubahan.

Umat Islam sepanjang sejarahnya hanya menerapkan sistem Islam, sejak Rasulullah saw berada di Madinah, hingga jatuhnya khilafah Islam yang terakhir (Utsmaniyyah Turki) pada tahun 1924. Saat itu penerapan sistem Islam mencakup seluruh aspek kehidupan. Bukti otentik mengenai kondisi tersebut dapat dilihat melalui berbagai dokumen mahkamah syariat yang tersimpan di beberapa kota tua seperti Al Quds (Yerusalem), Baghdad, Damaskus, Mesir, Istambul, dll.

Islam telah berhasil mengubah bangsa arab secara keseluruhan dari taraf pemikiran yang sangat rendah, dan dari kegelapan yang selalu diliputi fanatisme kesukuan dan alam kebodohan yang sangat, menjadi era kebangkitan berpikir yang cemerlang, gemerlap dengan cahaya Islam, yang bahkan tidak hanya untuk bangsa Arab saja tetapi untuk seluruh dunia. Umat Islam telah memainkan peranan penting dalam membawa Islam ke seluruh pelosok dunia, sehingga mampu menguasai Persia, Iraq, Syam, Mesir, dan Afrika Utara. Semua itu diraih ummat saat menjalankan Islam secara kaffah tanpa mengambil atau mencampur Islam dengan mabda lain.



Maka wajar jika Allah SWT mengingatkan dengan firmanNya:



أَفَحُكْمَ الْجَاهِلِيَّةِ يَبْغُونَ ۚ وَمَنْ أَحْسَنُ مِنَ اللَّهِ حُكْمًا لِقَوْمٍ يُوقِنُونَ



“Apakah hukum jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (Hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?” (TQS. Al Maidah: 50).



Ibnu Katsir mengomentari ayat ini : ”Melalui ayat ini, Allah SWT mengingkari perbuatan orang-orang yang keluar dari hukum Allah yang muhkam lagi mencakup semua kebaikan, melarang semua perbuatan jahat, lalu mereka memilih pendapat-pendapat yang lain dan kecenderungan-kecenderungannya serta peristilahan yang dibuat oleh kaum lelaki tanpa sandaran dari syari’at Allah. Orang’orang jahiliyah memutuskan perkara mereka dengan kesesatan dan kebodohan yang mereka buat-buat sendiri oleh pendapat dan keinginan (hawa nafsu) mereka.” (Tafsir Ibnu Katsir, 6/502)



Khotimah

Umat Islam adalah umat terbaik jika mengikuti jejak para nabi dan sahabatnya yang selalu menjalankan dan menegakkan akidah dan hukum Islam di seluruh aspek kehidupan. Umat Islam juga umat terbaik yang membawa akidah dan syariat Islam, sebagai risalah dari pencipta manusia, dunia dan kehidupan. Risalah penyelamat manusia yang beriman di dunia dan di akherat nanti. Allah befirman :” dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam”(TQS. Al Anbiya’ : 107).

Untuk itu, sebagai bagian atas kewaspadaan terhadap penyusupan paham komunis/sosialis pada diri kaum muslimin, maka ummat hendaknya yakin bahwa Islam adalah Mabda / ideologi terbaik, yang berbeda dengan komunis/sosialis ataupun kapitalis. Beberapa bagian dalam Islam yang nampak sama dengan paham mabda lain bukanlah bukti kesamaan Islam dengan mabda lain.

Namun hal itu adalah bukti potongan – potongan kebenaran Islam yang universal yang diakui oleh para pengemban mabda lain. Dan sungguh ummat ini akan bangkit sebagaimana kegemilangan di masa lalu jika kaum muslimin istiqomah & teguh memegang Islam yang kaffah, tanpa dicampuri oleh mabda lain. InsyaAllah.

Wallahu a’lam bisshowab

0 komentar:

Posting Komentar