Rabu, 03 Juli 2013

Sudah Siapkah Menyambut Ramadhan ?

Hiruk pikuk media mulai terlihat beberapa waktu menjelang Ramadhan tahun ini. Iklan, promosi program dan segala pernak-pernik mulai disiapkan oleh media. Tagline program seperti Marhaban ya Ramadhan, Ramadhan Langkah Menuju Kemenangan, dan sebagainya menjadi kalimat yang familier di telinga masyarakat.




Kaum muslimin tentunya sangat berbahagia ketika bisa menemui Bulan Ramadhan. Bulan Ramadhan seakan menjadi magnet besar bagi umat Islam untuk ingat atas rahmat Allah pada hamba-Nya. Menjadi magnet semua pihak, termasuk bagi pihak yang memiliki kepentingan bisnis maupun kepentingan komersil lainnya.

Sebagai seorang muslim, tentu kita telah mafhum bahwa Ramadhan adalah momen yang penting. Namun yang menjadi pertanyaan, apakah kita semua menganggap Ramadhan sebagai momen yang penting? Atau hanya sebuah momen ritual saja yang terus berlalu menghampiri kita setiap tahunnya? Tentunya diri kita sendiri yang dapat menjawabnya, dengan dibuktikan amalan yang akan dilakukan di bulan Ramadhan nanti.



Persiapan Diri Menyambut Ramadhan

Seorang muslim yang ingin menggapai ridho Allah Swt, tentu akan menjadikan bulan Ramadhan sebagai kesempatan baik untuk mendekatkan diri kepada Allah. Tentu akan berbeda bagi orang yang antusias dalam menyambut Ramadhan dengan muslim yang menganggapnya biasa-biasa saja.

Antusiasme disini maknanya dalam rangka memperbanyak amalan-amalan selama Ramadhan. Kita tentu mengharapkan apa yang ingin kita raih di bulan Ramadhan tahun ini tergapai secara optimal. Jangan sampai Ramadhan hanya menjadi sebuah waktu yang terlewatkan yang tidak bermakna apa-apa.

Bulan Ramadhan adalah bulan khusus yang Allah swt berikan kepada kaum muslimin. Di dalamnya terdapat berbagai macam kemuliaan yang tidak ternilai. Diantara kemuliaan yang ada di bulan Ramadhan adalah adanya ibadah yang hanya akan dijumpai pada bulan Ramadhan. Diantaranya adalah ibadah puasa Wajib Bulan Ramadhan.

Ibadah puasa Ramadhan ini wajib atas setiap kaum muslimin. Hal ini di dasarkan pada firman Allah Swt: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa” (TQS. Al Baqarah: 183). Berdasarkan nash inilah kaum muslimin berpuasa Ramadhan karena merupakan sebuah kewajiban yang harus ditunaikan.

Kewajiban puasa Ramadhan ini adalah wajib bagi setiap muslim yang Baligh dan berakal sehingga anak kecil dan orang gila tidak wajib untuk menjalankan ibadah puasa. Sebagaimana sabda Rasul saw: “Diangkat pena atas tiga orang yaitu orang tidur hingga ia bangun, anak kecil hingga baligh dan orang gila hingga ia sadar/berakal” (HR. Abu Dawud).

Adapun bagi orang yang haid dan nifas maka tidak wajib atasnya berpuasa dan tidak sah jika ia melakukan puasa. Akan tetapi ketika sudah suci maka wajib untuk menggantinya. Hal ini sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Aisyah: “Di dalam haid ada perintah untuk mengganti puasa akan tetapi tidak ada perintah untuk mengganti shalat”.

Bagi orang yang sudah tua renta dan orang sakit yang tidak bisa diharapkan lagi kesembuhannya, maka tidak wajib baginya untuk berpuasa namun wajib menggantinya dengan membayar fidyah. Hal ini didasarkan atas hadits Rasul yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas: “orang yang tua renta dan tidak mampu untuk berpuasa Ramadhan maka diwajibkan atasnya membayar satu hari satu mud dari gandum”.

Sedangkan bagi orang yang sakit ketika dalam menjalankan puasa atau khawatir sakitnya akan semakin parah jika berpuasa maka boleh tidak berpuasa. Hal ini didasarkan atas firman Allah Swt: “(yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka barang siapa di antara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain” (TQS. Al Baqarah: 184).

Nash di atas juga berlaku bagi orang yang sedang melakukan perjalanan (safar), maka dia boleh tidak berpuasa. Akan tetapi jika dia mampu berpuasa walaupun dalam keadaan safar maka itu lebih baik. Kebolehan itu dengan syarat jarak minimal perjalanannya adalah dua marhalah atau sekitar 88,7 km.

Umat Islam diwajibkan memulai puasa Ramadhan setelah menyaksikan bulan. Hal ini didasarkan atas firman Allah Swt: “Barangsiapa di antara kamu ada di bulan itu, maka berpuasalah” (TQS. Al Baqarah: 185). Dalam menentukan masuknya bulan baru maka metode hisab adalah metode yang secara fakta dan dalil merupakan metode yang sangat baik.

Dari segi fakta bahwa dinamakan masuk bulan baru ketika bulan sudah dalam posisi lebih dari 0 derajat dari titik konjungsi, berapapun derajat posisi bulan, misalkan ½ derajat maka bisa diartikan sudah masuk bulan baru. Meskipun dengan posisi tersebut bulan tidak bisa dilihat secara kasat mata. Hal ini disebabkan bulan hanya dapat dilihat secara kasat mata dalam posisi lebih dari 3 derajat.

Sedangkan ditinjau dari dalil, bahwa penentuan masuknya bulan Ramadhan berdasarkan firman Allah surat Al Baqarah ayat 185. Dalil yang berlandaskan Al Quran yang merupakan dalil yang qath’I tsubut dan qath’I dilalah. Dengan landasan dalil dan fakta tersebut maka hisab merupakan metode yang sangat baik dan tepat untuk digunakan menentukan awal dan akhir Ramadhan.

Meskipun demikian, jikalau ada metode lain yang memiliki landasan dalil syar’I yang kuat maka hendaknya umat Islam memahaminya sebagai sebuah perbedaan (khilafiyah) yang bersifat furu’, bukan perbedaan yang bertentangan dengan aqidah dan hukum Islam. Hendaknya umat Islam saling menghormati berkaitan dengan perbedaan furu’ tersebut. Perbedaan khilafiyah ini akan hilang tatkala umat Islam berada dalam satu kepemimpinan daulah yang menerapkan sistem Islam.

Ibadah lain yang hanya ada di bulan Ramadhan adalah Shalat Tarawih. Shalat tarawih adalah ibadah shalat sunat yang dilakukan pada malam hari di bulan Ramadhan. Sedangkan kemuliaan-kemuliaan lain yang ada di bulan Ramadhan diantaranya adalah bahwa bulan Ramadhan merupakan bulan penuh berkah, ampunan, dan penjauhan dari api neraka.

Di bulan Ramadhan inilah Al Quran pertama kali diturunkan yaitu pada tanggal 17 Ramadhan. Dan juga kemuliaan lainnya yaitu adanya malam lailatul qadar di bulan suci Ramadhan, dimana dijelaskan bahwa malam lailatul qadar adalah malam yang setara dengan malam seribu bulan.

Sebagaimana dalam firman Allah: Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur'an) pada malam kemuliaa. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu?. Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar. (QS. Al Qadar: 1-5).

Demikian juga di bulan Ramadhan, amalan-amalan sunah yang dilakukan oleh umat Islam akan bernilaikan sama dengan melakukan sebuah kewajiban. Sedangkan jika melakukan amalan wajib maka Allah akan melipat gandakan pahala wajib itu hingga berkali-kali. Juga dikatakan bahwa orang yang memberikan buka pada orang yang berpuasa maka pahalanya seperti orang yang melakukan puasa.

Itulah beberapa kemuliaan yang ada di bulan Ramadhan. Jika kita lihat lebih jauh, sesungguhnya masih banyak kemuliaan lain yang bisa didapatkan oleh umat Islam di bulan Ramadhan yang mulia ini. Yang pasti Allah telah memberikan 1 bulan diantara bulan-bulan lain kepada kaum muslim yang itu memiliki keutamaan-keutamaan yang besar. Dan itu merupakan sebuah rahmat Allah kepada hamba-hamba-Nya yang mau mengoptimalkan kemuliaan-kemuliaan itu.



Giatkan Ramadhan dengan Amal Shalih

Ramadhan memang identik dengan amalan-amalan sholeh baik amalan wajib ataupun amalan sunnah. Namun demikian hendaknya umat Islam tidak terjebak dalam pemahaman yang menganggap bahwa amalan-amalan sholeh di bulan Ramadhan itu hanya amalan-amalan yang bersifat ritual saja seperti sering membaca Al Quran, beri’tikaf, sedekah, dan sebagainya.

Hendaknya umat Islam memposisikan amalan-amalan itu sesuai dengan sifatnya, apakah itu wajib atau sunnah. Dan manakah yang menjadi prioritas yang harus dilakukan sehingga seseorang memiliki prioritas amalan mana yang harus didahulukan.

Banyak umat Islam saat ini lebih suka melakukan amalan-amalan sunnah, akan tetapi melupakan amalan-amalan wajib yang seharusnya dilakukan, baik itu di bulan Ramadhan atau di luar bulan Ramadhan. Padahal posisi kewajiban adalah jika dilakukan akan mendapatkan pujian dari Allah dan jika ditinggalkan akan mendapatkan dosa/celaan dari Allah.

Salah satu kewajiban yang sering dilupakan oleh umat Islam adalah kewajiban untuk berdakwah/menyeru pada al Islam. Hal ini sering terjadi baik di bulan Ramadhan dan lebih sering lagi ditinggalkan di luar bulan Ramadhan. Banyak dari umat Islam belum memposisikan aktivitas dakwah sebagai salah satu prioritas kewajiban yang harus mereka kerjakan.

Padahal Allah Swt berfirman: “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung”. (QS. Ali Imran: 104).

Juga firman Allah yang lain: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik”. (QS. An Nahl: 125). Atas dasar inilah melakukan aktivitas dakwah itu diwajibkan atas kaum muslimin. Selayaknya kaum muslimin harus sadar dan memahami akan kewajibannya melakukan aktivitas dakwah di setiap waktu, dan di manapun berada.

Melihat penjelasan ini, maka dakwah di bulan Ramadhan ini akan semakin mulia dan utama, lebih-lebih aktivitas yang dilakukan di bulan Ramadhan akan dilipat gandakan pahalanya oleh Allah. Oleh karena itu kewajiban berdakwah akan menjadi bagian penting dalam diri kaum muslim yang akan dilakukan baik di bulan Ramadhan atau di bulan-bulan lain.

Dakwah umat Islam saat ini adalah mendakwahkan Islam ke seluruh penjuru dunia sebagai kepemimpinan berpikir bagi umat Islam. Hanya dengan mengemban dakwah Islam sebagai kepemimpinan berpikir inilah, maka kehidupan Islam bisa berwujud.



Selain itu, perlu menyadarkan atas keterpurukan umat Islam saat ini, dimana umat Islam sudah melupakan akan aqidah dan hukumnya. Inilah yang sebenarnya menjadi penyebab utama keterpurukan umat Islam itu sendiri, dan yang telah menjadikan umat Islam terpecah-pecah.

Dengan kesungguhan dakwah Islam, maka diharapkan umat Islam akan bersatu dan hidup sejahtera dalam naungan Islam. Bulan Ramadhan inilah yang akan memberikan sebuah titik perkembangan dakwah Islam kepada umat, agar Islam bisa mengatur kehidupan ini dengan sempurna dan kaffah.



Ikhtitam

Bulan Ramadhan hendaknya dimaknai oleh umat Islam saat ini sebagai bulan untuk meningkatkan amalan-amalan sholeh. Baik amalan wajib ataupun sunnah. Janganlah bulan Ramadhan ini terbuang sia-sia untuk kegiatan-kegiatan lain yang melenakan umat Islam akan eksistensinya sebagai bagian dari umat Islam.

Momentum Ramadhan kali ini harus dijadikan momen untuk membangun ketaqwaan kepada Allah swt di seluruh aspek kehidupan, baik ketaqwaan individu, masyarakat maupun Negara. Ketaqwaan yang memancarkan solusi-solusi yang Islami bukan solusi-solusi yang justru bertentangan dengan aqidah dan hukum Islam.

Sekarang menjadi tugas umat Islam, apakah kita akan menjadi saksi atas kemuliaan bulan suci Ramadhan tahun ini atau justru bulan Ramadhan yang menyaksikan kita. Apakah momen Ramadhan tahun ini menjadi momen perubahan bagi umat Islam menuju Islam yang sempurna.

Wallahu a’lam bi showab.

0 komentar:

Posting Komentar