Rabu, 25 April 2012

SEABAD TITANIC (Refleksi Kesombongan Manusia)

100 tahun lalu, tepatnya tanggal 10 April 1912  dunia dibuat kagum dengan diluncurkannya sebuah kapal super besar dan super mewah yang diberi nama RMS Titanic. Kapal yang menyerupai bangunan 9 lantai (deck) ini memiliki  panjang lebih dari Seperempat Kilometer (269 meter) dan tingginya hampir selebar lapangan sepak bola (sekitar 53 m). Dibangun oleh insinyur-insinyur terbaik di masanya. Kapal RMS Titanic sendiri dibangun dengan biaya yang setara harga dua pesawat penumpang terbesar di dunia yang ada saat ini, Airbus A 380. Titanic juga mempunyai perlengkapan keamanan yang maju, seperti kompartemen kedap air dan pintu kedap air yang bisa dioperasikan dari jarak jauh. Kapal ini terkenal dengan julukan “UNSINKABLE” (tidak mungkin bisa tenggelam).
Tetapi segala kekaguman dunia tersebut ternyata hanya berlangsung sangat singkat, hanya empat hari saja sejak awal berlayar, tepatnya tanggal 15 April 1912 pukul 23.40 dalam pelayaran perdana dari Southampton Inggris menuju manhattan AS, kapal raksasa tersebut menabrak bongkahan gunung es di wilayah grand banks. Gesekan dengan gunung es ini mengakibatkan pelat lambung Titanic melengkung ke dalam di sejumlah tempat di sisi kanan kapal dan mengoyak lima dari enam belas kompartemen kedap airnya. Selama dua setengah jam selanjutnya, kapal perlahan terisi air dan tenggelam yang mengakibatkan jatuhnya korban meninggal sebanyak 1514 jiwa.
Kalau dipikir dari sisi manusianya, kurang apa RMS Titanic ini ? Dibangun oleh insinyur-insinyur terbaik pada jamannya, setelah jadi, dinahkodai oleh kapten kapal terbaik yang ada saat itu – tetapi justru disinilah letak kelemahannya. Ketika manusia begitu sombong, merasa dirinya yang terbaik, dan terbesar. Padahal hanya Allah, Tuhan Yang Maha Esa yang berhak memiliki sifat sombong. Dan sungguh Allah SWT tidak menyukai akan hambanya yang bersikap sombong sebagaimana firman-Nya : “…Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong.” (TQS. An-Nahl: 23).
    Dalam Al-Qur’an sendiri banyak disebutkan kisah-kisah umat terdahulu, bagaimana Allah hancurkan mereka berikut dengan peradaban mereka yang maju dengan berbagai jenis azab, karena mereka sombong dengan ayat-ayat Allah dan bahkan mereka menganiaya para utusan Allah. Diantara kaum dan orang-orangnya tersebut adalah Kaum ‘Ad dan Tsamud, kaum Saba’, kaum Mu’tafikah, Fir’aun yang dibangga-banggakan oleh orang Mesir, Qarun,  dsb.

KAPITALISME MEMBENTUK ILMUWAN SEKULER
Problem akibat kemajuan teknologi yang dihadapi dunia saat ini tidak bisa dilepaskan dari pola pendidikan kapitalisme. Teknologi yang seharusnya bisa berguna bagi umat manusia justru membahayakan dikarenakan kesombongan dan terlepasnya ikatan agama dari diri mereka serta kesalahan dalam sistem pendidikannya.
Sebagaimana halnya dengan ideologi-ideologi yang lain, ideologi kapitalisme memiliki pemikiran dan metode untuk semua aspek kehidupan manusia, termasuk dalam sistem pendidikan. Ideologi sekuler-kapitalisme juga menjadikan sistem pendidikan sebagai salah satu sarana untuk mentransfer pemikiran-pemikiran mereka ke masyarakat dan mencetak para pengemban-pengemban baru ideologi ini. Bahkan lebih dari itu, bila dilihat dari sejarah awal ideologi ini, akan terlihat pentingnya peranan dunia pendidikan bagi ideologi sekuler-kapitalisme.
Pemikiran-pemikiran awal ideologi sekuler muncul dalam benak kaum pemikir dan intelektual abad pertengahan Eropa. Penindasan dan pengekangan pemikiran yang dilakukan institusi gereja di abad pertengahan menyebabkan lahirnya pemikiran-pemikiran tandingan dari kaum intelektual Eropa yang berupa konsep kebebasan.
Perkembangan di Eropa, sebagai akibat kuatnya kaum menengah dan kaum intelektual, kemudian melahirkan revolusi industri, yang memunculkan kelompok berkuasa yang baru, yaitu para pemilik modal dan para pengusaha. Semenjak itulah, ideologi sekulerisme menjadi lebih dominan pada sektor ekonominya, dan lebih sering disebut sebagai ideologi kapitalisme. Walaupun begitu, peran penting para cendekiawan dan intelektual masih sangat kuat, karena mereka menjadi motor penggerak pemikiran-pemikiran ideologi ini, serta menjadi penjaga bagi keberlangsungan ideologi ini.
Sinergi antara para intelektual dan para pemilik modal, menjadi bentuk sinergi baru mirip seperti sinergi para gerejawan dan raja di masa kegelapan eropa, dimana kaum gerejawan memberi fatwa yang membuat kekuasaan diktator para raja menjadi legitimate di depan rakyatnya. Pun demikian di era kapitalisme modern ini, Para intelektual merupakan ujung tombak dalam perang pemikiran yang dikobarkan ideologi kapitalis dalam menghadapi pemikiran-pemikiran ideologi lawan. Para intelektual kapitalis “bertugas” mengembangkan opini dan pemikiran yang membuat berbagai kepentingan pemodal menjadi legal di depan masyarakat.
Pemikiran-pemikiran ideologi sekuler-kapitalisme didasarkan pada ide dasar pemisahan agama dari kehidupan, sehingga kehidupan pun kemudian diatur berdasarkan pada akal manusia belaka dengan menafikan unsur ketuhanan. Dalam hal pengaturan kehidupan yang menjadi asasnya adalah asas manfaat sedangkan tujuannya adalah mencapai kebahagian material sebanyak – banyaknya tanpa mengindahkan perhitungan halal-haram. Untuk mencapai tujuannya, terdapat beberapa konsep-konsep yang hendak diwujudkan dan dijaga, demi tetap terjaganya sekulerisme. Konsep-konsep ini berintikan pada 4 konsep kebebasan, yaitu: konsep kebebasan kepemilikan, kebebasan berpendapat, kebebasan beragama, dan kebebasan bertingkah laku.
Pemikiran ideologi sekuler kapitalisme dalam sistem pendidikan berlandaskan pada konsep-konsep serta asas-asas di atas. Dunia pendidikan difungsikan sebagai penopang bagi mesin industri kapitalisme, sehingga tujuan dari pendidikan dalam ideologi ini adalah untuk mencetak individu-individu yang profesional yang dapat mendukung keberlangsungan industri-industri mereka, intinya adalah mencetak para pekerja yang baik. Karena itu negara diharuskan ikut mendukung mendanai masalah pendidikan. Hal ini karena pendidikan dipandang sebagai investasi, dan dengan menggunakan negara maka biaya investasi untuk mencetak pekerja-pekerja yang tangguh bagi mesin industri kapitalis.
  Penanaman ideologi sekuler-kapitalisme kebanyakan tidak hanya dilakukan melalui kurikulum tetapi juga melalui materi pendidikan lewat para pendidik maupun lewat pendapat-pendapat para cendekiawan mereka yang mengembangkan pemikiran-pemikiran ini, kepada para peserta didik, khususnya di tingkat menegah ke atas, maupun ke masyarakat umum melalui media massa.
    Pendidikan sekuler yang mengedepankan aspek materi tanpa mengindahkan unsur agama (Tuhan) memang berhasil mencetak para cendikiawan yang mampu menemukan berbagai tekhnologi dan inovasi baru di bidang ilmu pengetahuan dan Tekhnologi. Namun di sisi lain, para cendekiawan tersebut menjadi cendekiawan yang kosong secara ruhiyah yang pada akhirnya melahirkan ilmuwan yang sombong, angkuh dan ghurur (bangga diri) sebagaimana fisikawan Stephen Hawkins yang mengaku tidak pecaya Tuhan atau para perancang titanic yang mengklaim kapalnya tidak mungkin bisa tenggelam.

ISLAM MEMBENTUK ILMUWAN SHOLEH
Munculnya ilmuwan besar seperti Al Battani ( wafat thn 929) seorang astronom terbesar Islam, Jabir Ibnu Hayyan (wafat thn 813) ahli kimia dengan berbagai eksperimennya, Abu Bakar Ar Razi (wafat thn 935) membagi zat kimia ke dalam kategori mineral, nabati dan hewani (klasifikasi zat kimia) jauh sebelum Dalton, Al Khindi (wafat thn 866) ilmuwan ensiklopedi, pengarang 270 buku, ahli matematika, fisika, musik, kedokteran, farmasi, geografi, ahli filsafat Arab dan Yunani kuno, Al Farabi (wafat thn 950); ahli musik dan filsafat Yunani, (salah satu karya besarnya dijiplak bebas oleh Thomas Aquinas). Muhammad bin Musa al-Khawarizmi, Abu Bakar Muhammad bin Zakaria ar-Razi, Ibnu Sina, Umar Khayyam, Sadr al-Din Shirazi (Mulla Sadra ) dan masih banyak lagi ilmuwan lainnya merupakan anugerah besar Allah swt kepada manusia.
Banyak hadis yang memuji serta menjelaskan kedudukan ilmuwan dan ulama di sisi Allah. Mereka semua adalah ilmuan hasil dari pendidikan Islam, selain menguasai ilmu sains mereka juga para ilmuwan yang senantiasa mengikatkan diri dengan aturan-aturan Islam
Sebenarnya manusia diciptakan oleh Allah dengan 2 (dua) tujuan utama yaitu untuk menjadi hamba yang beribadah kepadaNya dan menjadi Khalifah-Nya di muka bumi ini. Allah berfirman dalam Al Qur’an yang artinya :“Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepada-Ku.” (TQS. Adz Dzariyah : 56).Dan juga Allah swt berfirman:  “Sesungguhnya Aku hendak menciptakan seorang khalifah di muka bumi ini.” (TQS: Al Baqarah: 30). Sebagaimana sholat, zakat, puasa, shodaqoh dll yang dijadikan sebagai wahana beribadah kepada Allah, maka sesungguhnya beramal menuntut ilmu, mengkaji dan mengembangkan Ilmu Pengetahuan dan Tekhnologi sebenarnya adalah juga alat untuk beribadah kepada Allah.
Abuya Syeikh Imam Ashaari Muhammad At Tamimi menegaskan bahwa semua aktivitas keseharian kita termasuk mengkaji dan mengembangkan sains dan tekhnologi dapat bernilai ibadah jika memenuhi lima syarat ibadah, yaitu :
1.    Niat yang benar, yaitu semata karena Allah
2.    Melaksanakan amal berdasarkan aturan Allah swt
3.    Perkara atau subyek yang menjadi bahan kajian harus mendapat keridhoan Allah. Subyek yang paling utama mestilah suci agar benar – benar menjadi  ibadah kepada Allah
4.    Natijah (Hasil) harus baik karena merupakan pemberian Allah kepada hamba-Nya. Dan setelah itu hamba – hamba yang dikaruniakan rahmat itu wajib bersyukur kepada Allah.
5.    Tidak meninggalkan atau melalaikan ibadah – ibadah asas, seperti sholat lima waktu, puasa, zakat, menuntut ilmu fardhu ain dsb.

KHATIMAH
    Allah telah menganugerahi manusia akal dan panca indera, lebih dari itu Allah juga memberikan petunjuk (al huda) bagi ummat manusia melalui utusanNya. Selayaknya manusia menggunakan ketiga komponen tersebut untuk memahami ayat – ayat Allah, baik ayat yang tertulis dalam Al Qur’an maupun ayat – ayat Allah yang terhampar luas di alam semesta ciptaan-Nya.
Hendaknya manusia menggunakan akal dan pengetahuannya sebagai jalan untuk memperkuat keimanannya karena sesungguhnya tanda – tanda kebesaran Allah sangat mudah dipahami dan dilihat bagi orang yang mau berpikir sebagaimana firman-Nya : “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal” (TQS. Al Imran : 190).
Termasuk berpikir untuk mengambil ibrah (pelajaran) dari peristiwa dan pengalaman masa lalu, sebagaimana  Allah swt berfirman : “Dan pada kisah-kisah mereka itu (umat-umat terdahulu) sungguh menjadi ibrah (pelajaran) bagi orang yang berfikir”. (TQS: Yusuf: 111).  Sebagaimana pelajaran yang bisa kita dapat dari Kaum ‘Ad dan Tsamud, kaum Saba’ yang memiliki peradaban unggul di masanya namun hancur seketika atas kehendak Allah, seperti juga peristiwa tenggelamnya titanic yang merepresentasikan kemajuan tekhnologi modern nan canggih yang justru tenggelam pada pelayaran pertamanya. Sehingga bisa kita simpulkan; bahwa peradaban manapun apabila dibangun dengan asas (pondasi) sombong dan kezhaliman serta kekufuran, maka peradaban itu selalu akan berakhir dengan kehinaan dan kenistaan.
Wallahu a’lam bishowab

0 komentar:

Posting Komentar