Rabu, 13 Juni 2012

SABAR & IKHTIAR

Oleh : Alfian D. Prakoso
Jika kita renungkan kehidupan di dunia ini sangatlah sigkat, jika dibandingkan dengan kehidupan sebelum atau sesudah hidup dimuka bumi ini. Tetapi dari singkatnya kehidupan yang kita miliki, ada banyak sekali hal-hal yang mungkin kita temui bahkan alami baik, suka, duka, ceria dan nestapa terus selalu mengikuti dan akrab bersahabat dengan kehidupan kita. Sebenarnya hal – hal yang telah saya sebutkan di atas merupakan suatu sunatullah yang pasti akan terjadi. Namun permasalahannya adalah cara seseorang mengatasi dan menghadapi dinamika yang terjadi tersebut. Manusia dalam mengatasi permasalahan dalam hidupnya, tidak terlepas dari kepribadian yang dimilikinya, dimana kepribadian tersebut merupakan suatu sikap mental yang dipengaruhi oleh pola pikir dan pola sikap manusia itu sendiri.
Rasulullah SAW, adalah sosok manusia yang memiliki akhlak yang paling mulia. Sebagaimana dalam HR. Muslim dan Abu Dawud yang menyebutkan, bahwasanya “Nabi SAW adalah manusia dengan akhlak yang terbaik”. Seseorang yang berakhlak mulia dapat dipastikan bahwa kepribadiannya pun ‘baik’. Sehingga kita sebagai umatnya sudah sepatutnya untuk mengikuti beliau.
Sebagai salah satu contoh sifat atau akhlak yang mulia, yakni, sabar. Dalam prakteknya, kesabaran yang sebenarnya adalah kemampuan dalam mengendalikan sikap, sehingga bisa dengan ikhlas dan rela hati menerima kondisi yang dihadapinya saat ini demi balasan yang baik di akhirat. Sabar tidak bisa dikatakan sebagai suatu sikap dimana seseorang tidak berbuat sesuatu ketika menghadapi permasalahan, justru dengan bersabar, seseorang telah melakukan suatu tindakan untuk menghadapi masalah yang tengah terjadi pada dirinya. Seseorang yang penyabar pada prakteknya tergambar dalam sikapnya yang rela menunda kesenangan sesaat, demi kebahagiaan abadi dan jangka panjang di akhirat sebagai kesenangan yang jauh lebih tinggi yang disediakan Allah kepada orang-orang yang sabar. Sebagaimana disebutkan dalam al-Qur’an :
“Dan sesungguhnya balasan di akhirat itu lebih baik, bagi orang – orang yang beriman dan selalu bertakwa” (QS. Yusuf (12) : 57).
Apabila kita amati realita yang terjadi di sekitar kita saat ini, banyak sekali orang – orang yang tidak sabar dengan problem yang dihadapinya. Jika ditanya mengapa demikian??? Jawabannya jelas, karena kurangnya pemahaman seseorang tersebut akan agamanya, yakni Islam. Sebagai contoh, sebut saja kasus korupsi. Pelakunya, justru merupakan orang – orang yang memiliki dasar pendidikan yang bukan biasa tapi luar biasa. Sehingga pengetahuan tentang Islam bagi setiap individu muslim adalah wajib. Bukan hanya itu, namun aqidah aqliyah yang dimiliki juga haruslah berlandaskan Islam. Percuma seseorang tahu Islam, tapi aqidah aqliyahnya bukan Islam. Terbukti banyak sekali di kalangan para ulama saat ini yang demikian. Mereka sudah dapat dipastikan telah mengerti Islam dan telah khatam banyak kitab, sehingga di juluki ulama. Namun, karena aqidah aqliyahnya bukan Islam, maka tindakannya justru menyimpang dari ajaran Islam.
Tapi bukan itu yang akan dibahas pada artikel ini, melainkan tentang sabar itu sendiri. Sabar, berdasarkan macam dan tingkatannya dapat dibagi menjadi 4, yaitu :
1.    Sabar dalam mentaati Allah;
2.    Sabar dari berbuat maksiat terhadap Allah;
3.    Sabar menghadapi ujian karena pilihannya/kehendaknya;
4.    Sabar dalam menghadapi musibah yang datang dari luar
     kehendaknya.
Yang tercakup dalam firman Allah SWT yang artinya, “Bersabarlah kamu terhadap hukum Rabbmu.” (QS. Al-Insan: 24) Karena hukum Allah ada 2: Hukum Syariat dan Hukum Kauni, sementara hukum syariat berupa perintah dan larangan, dan hukum kauni berupa takdir.
Dan sabar itu sendiri memiliki beberapa keutamaan, sebagaimana disebutkan dalam Al – Qur’an dalam banyak ayat dan juga hadits :
Allah Ta’ala berfirman:
إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُم بِغَيْرِ حِسَابٍ
“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabar sajalah yang akan dipenuhi ganjaran mereka tanpa batas.” (QS. Az-Zumar: 10)
Allah Ta’ala berfirman:
وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ
“Dan berikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang bersabar.” (QS. Al-Baqarah: 155)
Atha` bin Abi Rabah berkata: Ibnu Abbas pernah berkata kepadaku, “Maukah aku tunjukkan kepadamu seorang wanita dari penduduk surga?” Aku bekata, “Tentu.” Dia berkata:
هَذِهِ الْمَرْأَةُ السَّوْدَاءُ أَتَتْ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَتْ إِنِّي أُصْرَعُ وَإِنِّي أَتَكَشَّفُ فَادْعُ اللَّهَ لِي قَالَ إِنْ شِئْتِ صَبَرْتِ وَلَكِ الْجَنَّةُ وَإِنْ شِئْتِ دَعَوْتُ اللَّهَ أَنْ يُعَافِيَكِ فَقَالَتْ أَصْبِرُ فَقَالَتْ إِنِّي أَتَكَشَّفُ فَادْعُ اللَّهَ لِي أَنْ لَا أَتَكَشَّفَ فَدَعَا لَهَا
“Wanita berkulit hitam ini, dia pernah menemui Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam seraya berkata, “Sesungguhnya aku menderita penyakit epilepsi dan auratku sering tersingkap (ketika sedang kambuh), maka berdoalah kepada Allah untukku (yakni: Agar Dia menyembuhkanku).” Beliau bersabda: “Jika kamu berkenan, bersabarlah maka bagimu surga, dan jika kamu berkenan, maka aku akan berdoa kepada Allah agar Allah menyembuhkanmu.” Dia berkata, “Kalau begitu aku akan bersabar.” Wanita itu berkata lagi, “(Jika penyakitku kambuh maka) auratku tersingkap, karenanya berdoalah kepada Allah agar (auratku) tidak tersingkap.” Maka beliau mendoakan untuknya.” (HR. Al-Bukhari no. 5652 dan Muslim no. 2576)
Dari Shuhaib bin Sinan radhiallahu anhu dia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam bersabda:
عَجَبًا لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لِأَحَدٍ إِلَّا لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ
“Sungguh mengagumkan urusan orang mukmin, sungguh semua urusannya baik baginya, yang demikian itu tidaklah dimiliki seorang pun kecuali hanya orang yang beriman. Jika mendapat kebaikan (kemudian) ia bersyukur, maka itu merupakan kebaikan baginya, dan jika keburukan menimpanya (kemudian) ia bersabar, maka itu merupakan kebaikan baginya.” (HR. Muslim no. 2999)
Dari Ibnu Umar radhiallahu anhuma dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
الْمُؤْمِنُ الَّذِي يُخَالِطُ النَّاسَ وَيَصْبِرُ عَلَى أَذَاهُمْ أَعْظَمُ أَجْرًا مِنْ الْمُؤْمِنِ الَّذِي لَا يُخَالِطُ النَّاسَ وَلَا يَصْبِرُ عَلَى أَذَاهُمْ
“Orang mukmin yang berbaur (berinteraksi) dengan manusia dan bersabar atas perbuatan buruk mereka, lebih besar pahalanya daripada seorang mukmin yang tidak berbaur (berinteraksi) dengan manusia dan tidak sabar atas tindakan buruk mereka.” (HR. At-Tirmizi no. 2507, Ibnu Majah no. 4022, dan dinyatakan shahih oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’ no. 6651)

 

Adapun, ikhtiar adalah usaha manusia untuk mewujudkan/mencapai suatu tujuan/keinginan dalam hidupnya, baik meliputi material, spiritual, kesehatan, dan masa depannya agar tujuan hidupnya selamat sejahtera dunia dan akhirat terpenuhi. Sebagaimana dalam ayat berikut :
Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang mengubah apa apa yang pada diri mereka ” (QS Ar – Ra’d : 1).
Ikhtiar juga harus dilakukan dengan bersungguh-sungguh, sepenuh hati, dan semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan dan keterampilan yang dimiliki. Kegagalan dalam suatu usaha, antara lain disebabkan keterbatasan dan kekurangan yang terdapat dalam diri manusia itu sendiri. Setiap muslim dianjurkan untuk bersabar ketika dalam berikhtiar mengalami suatu kegagalan.  Karena dengan bersabar seseorang tidak akan gelisah dan berkeluh kesah atau berputus asa. Dan dalam berikhtiar, sebagai seorang muslim, hendaknya melandasi usahanya tersebut dengan niat ikhlas untuk mendapat ridha Allah dan berdoa dengan senantiasa mengikuti perintah Allah yang diiringi dengan perbuatan baik.
 
Penutup
Sehingga dalam mencapai suatu tujuan, ikhtiar dan sabar tidak dapat dipisahkan, keduanya harts berdampingan. Ketika sabar dipisahkan dari ikhtiar maka seseorang akan mudah menjadi putus asa. Dengan bersabar, sesungguhnya seseorang telah berikhtiar. Sabar merupakan suatu tindakan yang dilakukan seseorang dalam menghadapi permasalahan yang tengah dihadapi. Karena pada dasarnya bersabar bukanlah suatu perkara yang mudah, perlu tekad dan keputusan yang kongkrit dari dalam hati seseorang untuk melakukannya, mau bersabar atau tidak.
Semoga Allah SWT senantiasa mengkaruniakan kesabaran kepada diri kita dalam menghadapi suatu permasalahan, baik dalam keadaan sempit maupun lapang, susah maupun senang, sehat maupun sakit, kaya maupun miskin, aman maupun terancam. Dan semoga hidayah dan taufiq, senantiasa diberikan oleh Allah SWT kepada kita, sehingga kita akan tetap istiqomah berdakwah dan berjuang di jalan – Nya yang lurus, demi tingginya dan tegaknya kalimatullah, Laa ila ha illallah Muhammadur Rasulullah, sampai titik darah penghabisan. Ya Allah Ya Rabb kami, curahkanlah kesabaran pada kami, dan teguhkanlah pendirian kami, dan tolonglah kami dalam menghadapi orang – orang yang kafir. Aamiin Ya Robbal ‘Alamiin…
Wallahu a’lam bi showab…
Sumber :
Muawiyah, Abu. 2010. Sabar & Keutamaannya. http://al-atsariyyah.com/sabar-keutamaannya.html.
 
Anonim. 2010. Sabar, Syukur dan Manusia Bermartabat. http://bahanceramah.blogspot.com/2010/05/sabar-syukur-dan-manusia-bermartabat.html.

0 komentar:

Posting Komentar