Kamis, 27 September 2012

Innocence Of Muslim

Serangan roket, granat, penjarahan, hingga pembakaran dalam kompleks Kantor Konsulat Amerika Serikat di Benghazi, Libya, Selasa menewaskan kepala perwakilan Amerika Serikat disana, John Christopher Steven, dengan cara mengenaskan.



Dia jadi korban tidak langsung dari pembuatan dan peluncuran film Innocence of Muslims, yang bikin berang muslimin di Timur Tengah.
Stevens menjadi duta besar pertama Amerika Serikat yang tewas akibat serangan demonstran dalam 33 tahun terakhir sejarah negara itu, setelah Adolph Dubs di Afghanistan pada 1979, Francis E Meloy Jr (Lebanon/1976), Rodger P Davies (Siprus/1974), Cleo A Noel Jr (Sudan/1973), dan John Gordon Mein (Guatemala/1968).
Innocence of Muslims, film parodi berdurasi sekitar 20 menit itu dibuat warga Amerika Serikat keturunan Mesir, Sam Bacile, yang diluncurkan di jejaring virtual YouTube kisaran Bulan Juli 2012. Film ini dibuat dengan biaya US$ 5 Juta yang merupakan hasil donasi dari sekitar 100 orang yahudi.
Kisahnya --secara garis besar-- menggambarkan sosok Nabi Besar Muhammad SAW secara fisik, lengkap dengan dialog-dialog langsung, interaksinya, dan berbagai hal lain yang tidak patut diutarakan dalam media ini. Bacile kini kabur dalam persembunyiannya walau masih sempat berujar sinis terhadap pihak-pihak yang memprotes film buatannya itu.
Dalam ajaran Islam, melukiskan sosok fisik Nabi Besar Muhammad SAW saja sudah satu hal yang diharamkan, apalagi jika memberi imajinasi yang bertentangan dengan kaidah agama. Media berbasis di Amerika Serikat, Wall Street Journal, menyatakan Bacile melibatkan komunitas agama tertentu di Mesir. (kompas.com, Selasa, 18 September 2012)
Aksi demo memprotes film Innocence of Muslims ternyata marak, bahkan sudah mulai terjadi di daerah seperti Semarang dan Sukabumi. Rangkaian aksi unjuk rasa tersebut membuat Kedutaan Besar Amerika Serikat mengumumkan kantor kedutaan dan seluruh konsulatnya di Indonesia ditutup karena adanya potensi demonstrasi signifikan yang kemungkinan akan diselenggarakan di lokasi gedung Kedutaan dan Konsulat Amerika.

KEBEBASAN DAN INTOLERANSI BARAT
Bagi para pengemban mabda Kapitalis yang memuja kebebasan (Liberalisme), perbuatan menista Rasulullah lewat film innocence of muslim termasuk kebebasan berpendapat dan berekspresi. Namun, berbeda kondisinya saat kaum muslimin ingin melaksanakan ajarannya, dalam hal ibadah ritual sekalipun.
Sering kali ruang kebebasan yang mereka gembar-gemborkan ternyata tidak berlaku bagi ummat Islam. Bukti faktual adalah larangan mengenakan niqab, burqa dan jilbab di Negara-negara barat seperti di Belgia, Prancis dll, yang notabene mereka sangat mengagungkan kebebasan. Belum lagi sulitnya ijin pendirian masjid dan adzan lewat pengeras suara. Hal tersebut menjadi bukti bahwa kebebasan yang mereka buat hanya untuk diri mereka tapi tidak untuk kaum muslhmin.
Media, baik cetak ataupun online mereka, menuntut kaum muslimin supaya mempunyai rasa toleransi bahkan yang menjurus pada menyamakan semua agama (pluralisme). Umat Islam diajari doa bersama lintas agama padahal jelas islam tidak mengakui kebenaran agama lain.
Namun sebaliknya dalam Film innocence of muslim mereka jelas – jelas intoleransi terhadap agama Islam dalam bentuk pelecehan dan penghinaan terhadap nabi Muhammad SAW. Film tersebut juga menunjukkan kebencian mereka kepada islam dan kaum muslimin. Ingin menjauhkan kaum muslimin dari nabinya. Sungguh inilah fakta nyata kemunafikan dan standar ganda Barat terhadap kaum muslimin.
Maka benarlah firman Allah swt yang artinya : Sebahagian besar Ahli Kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman, karena dengki yang (timbul) dari diri mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenaran. …...” (TQS. Al Baqoroh : 109). Dalam ayat ini Allah menyampaikan tentang kedengkian para ahlul kitab terhadap kaum muslimin. Suatu kedengkian yang timbul dalam diri mereka setelah mereka mendapati kenyataan bahwa islamlah yang benar.
Maka, mereka berusaha mengeluarkan ummat Islam dari kebenaran itu dengan mengembalikannya dalam kekafiran, atau setidaknya menimbulkan keraguan terhadap kaum muslimin akan kebenaran Islam. Salah satu bentuk usahanya adalah melalui Ghazwul fikr (perang pemikiran) dan Ghazwul Tsaqofi (Perang kebeudayaan). Bentuk riilnya diantaranya membuat innocence of muslim yang menggambarkan Rasulullah SAW sebagai orang yang berakhlaq rendah.
Melalui film ini mereka berusaha mepengaruhi kaum muslimin yang sedang lemah imannya untuk menjadi semakin ragu kepada Rasulullah Muhammad SAW. Sebaliknya melalui film ini juga mereka memprovokasi sebagian ummat islam yang lain untuk bersikap keras, untuk kemudian diopinikan bahwa ummat Islam adalah komunitas yang intoleran, suka kekerasan dsb.
Maka, sekali lagi benarlah peringatan Allah swt dalam firman-Nya,” Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)". Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.” (TQS. Al Baqoroh : 120).

HUKUM MENCELA NABI
)وَأَعَدَّ لَهُمْ عَذَابًا مُّهِينًا
(  قال فى فتح الرحمن يحرم اذى النبى عليه السلام بالقول والفعل بالاتفاق واختلفوا فى حكم من سبه والعياذ باللـه من المسلمين. فقال ابو حنيفة والشافعى هو كفر كالردة يقتل ما لم يتب وقال مالك واحمد يقتل ولا تقبل توبته لان قتلـه من جهة الحد لا من جهة الكفر. (إسم الكتاب تفسير تنوير الأذهان الموضوع تفسير القرآن الاحزاب ۵۷)
Dalam pandangan Islam sangat jelas hukumnya haram menghina, mencela dan menyakiti nabi menurut kesepakatan ulama sebagaimana dalam kitab Tafsir Tanwir diatas yang mengutip dalam kitab Fathur Rahman. Imam Abu Hanifah dan Imam Syafi’ie berkata, orang yang menyakiti/menghina nabi adalah kafir maka dibunuh sebagaimana orang murtad jika tidak bertobat.
Sedangkan Imam Malik dan Imam Ahmad lebih keras lagi yakni mereka dibunuh dan jangan diterima taubatnya.  Begitupun juga sama dalam kitab tafsir Ruhul Bayan 7/131 dan kitab-kitab turats yang lain. Cuma yang menjadi pertanyaan, Siapa yang bisa melaksanakan hukuman tersebut saat ini?

SIKAP UMMAT?
Banyak sekali tanggapan kaum muslimin terhadap film tersebut. Dari yang reaksioner yakni dengan demo bahkan sampai ada yang merusak fasilitas umum, ingin mengajak dialog terhadap barat dan ada yang juga cuek bebek. Namun bersikap reaksioner terhadap film tersebut apalagi sampai merusak fasilitas umum yang tidak ada relasinya justru semakin memperburuk citra islam.
Sebagaiman juga disampaikan Habib Taufiq bin Abdul Qodir Assegaf Pasuruan, Jatim di Radio Suara Nabawi : Jangan heran kepada mereka kepada yang mencaci Nabi Muhammad Shollallohu alaihi wasallam, karena prilaku itu sudah terbiasa keluar dari mulut mereka. Bahkan hatinya lebih busuk daripada mulut dan omongannya. karena itu kita tidak perlu terpancing apalagi sampai diluar jalur sehingga bermusuhan/bentrok dengan aparat kita sendiri yg sama-sama muslim.
Mau berdialog? Sudah banyak fakta ketika masalah-masalah kaum muslimin di dialogkan seperti kasus Ahmadiyah justru solusinya tidak jelas dan malah dikompromikan yang nantinya hanya menjadi bom waktu. Bersikap cuek jelas bukan solusi karena dalam islam ketika seseorang melihat kemunkaran/maksiat dia wajib merubahnya, minimal hatinya wajib mengingkari dan hal ini terhitung selemah-lemahnya iman.
Apalagi persoalan ini (penghinaan/menyakiti nabi) termasuk pelanggaran berat dalam islam, menurut Imam Syafi’ie dan Imam Hanafi adalah Kafir dan sebagaimana orang murtad harus dibunuh apabila dia tidak bertobat. Wajar, Jika  kaum muslimin semua marah terhadap hal ini !. Tapi kemarahan tetap harus berada dalam jalur syar’ie, jangan sampai bertindak yang melanggar syara’ yang berakibat memperburuk citra Islam dan kaum muslimin.
Kalau dulu, kaum muslimin punya Mu’tashim Billah yang menerapkan ajaran Islam dalam negaranya. Tahukah anda apa yang melatar belakangi pertempuran dengan Romawi kala itu? Yakni karena seorang muslimah diperkosa oleh pasukan Romawi. Lalu peristiwa memilukan ini diketahui oleh Khalifah Al Mu’tashim.
Maka, demi menjaga kehormatan Islam dan kaum Muslimin, Khalifah Al Mu’tashim mengirim pasukan ke Romawi dengan armada pasukan yang sangat besar. Pasukan terdepan sudah sampai di ibu kota Romawi saat itu (yakni Konstantinopel - Istambul saat ini) sedangkan pasukan paling belakang masih ada di istananya di Baghdad!.
Ratusan ribu pasukan yang dikirim ke Romawi, ada yang meyebut 200 ribu lebih dan ada pula yang menyebut 500 ribu pasukan (Siyar A’lam An Nubala, 10/29), ternyata Romawi menyambutnya dengan peperangan, maka terjadilah pertempuran dahsyat yang dimenangkan pasukan Islam. Lihatlah ini! Begitu berdayanya umat Islam, dan begitu tingginya wibawa kaum Muslimin, hanya karena seorang muslimah diperkosa, mereka tidak terima dan berbondong-bondong menggedor pintu benteng Romawi dan berhasil meruntuhkan kekaisaran yang begitu besar dan ditakuti saat itu.
Lalu bandingkanlah dengan dunia Islam saat ini. Tak berdaya dan tidak berwibawa. saudaranya dianiaya. Bukan lagi satu muslimah diperkosa, tetapi ribuan dijarah kehormatannya, anak-anak dibunuh atau dimurtadkan, mereka diusir dari kampung halamannya, dirampas harta kekayaannya, dan dikebiri perannya dalam percaturan dunia internasional.
Kaum Muslimin hanya mampu mengecam, mengutuk, dan mengadakan sidang, tetapi tidak ada aksi nyata seperti Khalifah Al Mu’tashim terhadap Romawi. Dan kasus yang terbaru adalah  film Innocence of muslim yang tidak hanya melecehkan seorang wanita, tapi Nabinya yang sangat mulia yakni Nabi Muhammad SAW.

Khatimah
Ya, saat ini kaum muslimin belum punya pemimpin sebagaiman Mu’tashim Billah yang menerapkan ajaran Islam yang menjadi rahmat bagi seluruh alam. Keberadaan sebuah system Islam telah kongkret mampu menjaga kemulian Islam dan kaum muslimin. Maka saat ini ketika system Islam itu tiada sikap kaum muslimin saat ini adalah dengan menyerang balik pemikiran dengan pemikiran (ghazwul fikr).
Membuang jauh-jauh ide HAM dan kebebasan yang justru menjerumuskan umat ke lubang dosa dan kehinaan. Mengakibatkan umat tidak berfikir hukum (pandangan islam) dalam bertingkah laku. Bahkan paling buruk, dengan kebebasan yang diusung mereka saat ini menyerang nabi kita tercinta Muhammad SAW. Padahal ajaran Islam sepanjang sejarah dilaksanakan tidak pernah diskriminasi terhadap agama lain. Dengan kata lain serangan fisik dibalas dengan fisik (jihad), serang pemikiran dibalas dengan pemikiran pula (perang pemikiran).
Wallahu a’lam bi ashowab
                                                   

0 komentar:

Posting Komentar