Rabu, 27 Februari 2013

Mewaspadai Kamuflase Idola Baru

Ketika memperhatikan program televisi akhir-akhir ini, kita temukan berbagai macam program pencarian bakat dengan banyak varian konsepnya. Ada Indonesian Idol, Indonesia Mencari Bakat, The X Factor, dan The Voice Indonesia dll. Berbagai program itu menawarkan seseorang untuk menjadi seorang idola atau setidaknya mendukung salah satu peserta untuk menjadi idola baru.



Disadari atau tidak, keberadaan program-program pencarian bakat menjadi sebuah fenomena yang dihadapi oleh masyarakat saat ini. Suka atau tidak, antusiasme seseorang untuk menjadi seorang idola maupun mengidolakan seseorang dalam program entertainment saat ini adalah sebuah realita. Yang patut kita cermati sebagai seorang muslim adalah, apakah diantara para calon idola-idola tsb ada yang pantas menjadi idola? sudahkah kita menemukan idola sesungguhnya?


Idola Baru dengan Kamuflase

Munculnya seorang idola dalam dunia entertainment tentunya sebuah fenomena yang sah-sah saja tatkala sebatas tahu adanya seorang bintang baru dalam dunia entertainment. Keberadaan idola-idola baru seakan menjadi tuntutan yang senantiasa dihadapi dari masa ke masa. Setiap masa memiliki idolanya sendiri bagi masyarakat yang ada di massa itu, namun terkadang ada seorang yang diidolakan dari satu masa ke masa lainnya.

Disamping idola di panggung hiburan, dikenal pula idola di “panggung” yang lain. Kita tentu tahu bagaimana sosok tokoh-tokoh “hebat” dunia, khususnya tokoh-tokoh yang dianggap “pembaharu” di dunia. Martin Luther King misalnya, namanya senantiasa disebut dalam perjalanan sejarah dunia. Dalam setiap pembahasan tentang proses perubahan dunia, nama Martin Luther King sering disebut sebagai inspirator dalam perubahan bagi masyarakat.

Sebagaimana diketahui, Martin Luther King adalah tokoh penting dalam perjalanan renaissance di Barat pada masanya. Dia dianggap menjadi inspirator perubahan di Barat, yang pada saat itu kehidupannya dikuasai oleh para cendekiawan gereja. King menganggap keberadaan cendekiawan gereja dalam system pemerintahan akan mengganggu jalannya pemerintahan suatu Negara.

Dengan menjajakan pemikiran tersebut pada masyarakat Barat kala itu, King dan tokoh lainnya telah mengantarakan peradaban barat pada suatu masa yang disebut renaissance. Masa renaissance dianggap titik tolak pencerahan kehidupan masyarakat Barat menjadi sebuah masa dimana Negara atau system pemerintahan tidak lagi direcoki oleh cendekiawan gereja.

Dengan melihat apa yang diperjuangkan, kita dapat melihat bagaimana sebenarnya sosok Martin Luther King. King yang disebut sebagai tokoh inspirator sepanjang masa, ternyata tidak ubahnya seorang propagandis Peradaban barat. Maka bagi seorang muslim, sesungguhnya pemikiran-pemikiran Martin Luther King tidak patut untuk diambil. Menjadi langkah yang salah bila seorang muslim mengidolakan Martin Luther King dan pemikiran – pemikirannya, karena tidak layak bagi seorang muslim mengidolakan seseorang yang mengajarkan pemikiran dan peradaban kufur.

Pemikiran adalah pancaran ideology yang melekat dalam diri seseorang yang berlandaskan akidah tertentu, dalam hal ini aqidah liberal dan sekulerisme. Tidak patut ummat Islam mengikuti seseorang yang mengajarkan hal itu, meskipun mayoritas masyarakat dunia menganggap King sebagai tokoh yang patut diidolakan karena inspirasi perubahan yang dilakukan pada masyarakat Barat.

Pengenalan Idola-idola baru yang muncul dalam sosok yang mengemban pemikiran-pemikiran tertentu, sesungguhnya adalah strategi kamuflase terhadap sosok seorang idola. Opini yang menggiring kaum muslim untuk mengidolakan sosok tertentu adalah sebuah kamuflase yang nyata yang harus dihindari.

Jangan sampai kaum muslim terjebak dengan kamuflase ini. Seolah melakukan hal yang benar karena hal tersebut merupakan hal umum / biasa yang dilaksanakan masyarakat. Akan tetapi secara tidak sadar, ternyata ummat mengikuti berbagai macam pemikiran yang sesungguhnya tidak layak untuk diikuti, karena bertentangan dengan akidah dan hukum yang diyakini oleh seorang muslim.

Disamping sebagai bagian strategi ghazwul fikr dan ghazwul tsaqofi untuk mengenalkan pemikiran dan peradaban barat kepada ummat Islam melalui tingkah para idola di dunia hiburan, seperti Lady gaga ataupun idola diberbagai bidang lain seperti David Beckham (Olah Raga), Martin Luther King (Politik) dll, setting pengidolaan seseorang juga menjadi sebuah agenda para kapitalis dalam rangka memasyarakatkan peradaban dan mengeruk nilai ekonomi di dalamnya.

Keberadaan idola-idola dalam sebuah balutan ajang pencarian bakat dan semacamnya bukan sebatas ingin memunculkan sosok idola di tengah-tengah masyarakat, akan tetapi ada nilai ekonomi yang sangat tinggi di dalamnya. Keberadaan idola dalam dunia entertainment memiliki nilai ekonomi yang berujung pada pengerukan kekayaan masyarakat untuk kepentingan bisnis para kapitalis.

Ujung dari keberadaan idola-idola itu adalah untuk memasyarakatkan atau menjual apa yang biasa disebut dengan food, fashion, and fun (3F). Sungguh konsep idola didesain dalam rangka memasyarakatkan ketiga hal tersebut.

Tahukan anda berapa besar hasil yang didapatkan dari dunia perfilman Hollywood? Berdasarkan data, dari sepuluh film terlaris tahun 2012 dihasilkan tidak kurang dari Rp. 85 triliun, padahal selama 2012 ada berapa ratus film yang dihasilkan oleh Hollywood dan dipasarkan ke seluruh dunia (Kompas: 27 Desember 2012). Demikian juga dengan makanan dengan tagline produksi barat, seperti KFC misalnya yang pada semester I tahun 2012 saja sudah membukukan pendapatan sejumlah 1,77 triliun rupiah (Kontan: 4 September 2012).





The Real Idol : Muhammad SAW

Masyarakat secara umum boleh memiliki idola atau bahkan memunculkan seorang idola baru dengan berbagai macam kamuflase yang dibentuknya. Namun sebagai seorang muslim, idola sesungguhnya bagi kita adalah Rasulullah Muhammad Saw. Rasululullah adalah “The One of Idol for Moslem”. Tidak ada idola lain yang layak diikuti oleh seorang muslim melainkan Rasulullah Muhammad Saw.

Selanjutnya, Apakah cukup hanya berikrar bahwa kita mengidolakan Beliau? tentu tidak. Sebagai seorang muslim tentu kita ingat dengan ikrar seorang muslim yang bersaksi bahwa Muhammad Saw adalah utusan Allah. Ikrar ini bukanlah sekedar ikrar biasa. Ikrar tersebut memiliki konsekuensi yang sangat luar biasa bagi seorang muslim, karena ikrar itu juga menunjukkan keyakinan dan keimanan kepada Rasulullah Muhammad Saw.

Keyakinan dan keimanan kepada Rasulullahpun memiliki konsekwensi yang besar. Beriman kepada Rasulullah menunjukkan iman kita kepada Allah, dan beriman kepada Rasulullah mengharuskan kita mengikuti ajaran dan syariat yang dibawa oleh Rasulullah Saw.

Mengikuti syariat Rasulullah adalah sebuah hal yang pasti dan wajib bagi seorang muslim. Hal ini sebagai firman Allah Swt : Apa saja yang dibawa Rasul kepada kalian maka terimalah dan apa saja yang dilarangnya atas kalian, maka tinggalkanlah dan bertaqwalah kalian kepada Allah. Sesungguhnya Allah sangat keras hukuman-Nya. (QS. Al Hasyr: 7).

Demikian juga dalam firman-Nya yang lain :’Tidaklah patut bagi laki-laki mukmin maupun bagi perempuan mukmin, jika Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Siapa saja yang mendurhakai Allah dan rasul-Nya maka sesungguhnya dia telah sesat secara nyata. (QS Al Ahzab: 36).

Dalil-dalil di atas secara gamblang menjelaskan bagaimana seorang muslim, seorang mukmin berkewajiban mengikuti apa yang dibawa oleh Rasulullah. Dalil tersebut merupakan dalil yang qath’I tsubut dan qath’I dilalah tentang kewajiban seseorang mengikuti syariat Rasul. Syariat Rasul adalah syariat yang diturunkan oleh Allah untuk umat manusia, tidak pandang bulu syariat apapun.

Kewajiban mentaati apa yang dibawa oleh Rasulullah SAW jangan dikerdilkan dengan pemaknaan yang salah. Mentaati Rasul adalah dengan mengambil apa yang sudah ditetapkan oleh Rasulullah. Apa yang dibawa oleh Rasulullah ? Syariat Islam yang mengatur semua aspek kehidupan manusia berkaitan dengan hubungan manusia dengan Allah, hubungan manusia dengan dirinya sendiri, dan hubungan manusia dengan manusia lain. Tiga aspek inilah yang ada dalam kehidupan manusia dan wajib diambil dari apa yang telah disyariatkan oleh Allah melalui Rasul-Nya.

Jangan sampai memberikan makna yang kerdil mengikuti Rasulullah hanya dalam persoalan ibadah ritual saja lalu meninggalkan persoalan lain dengan hukum atau syariat lain. Tentu langkah itu merupakan langkah yang salah kaprah dalam memaknai ketaatan kepada Allah Swt dan Rasul-Nya. Upaya pengkerdilan terhadap kewajiban mengambil syariat Allah adalah upaya untuk menjauhkan umat Islam dari kemuliaan atas keberadaan syariat Islam yang fitrah bagi seorang manusia.

Sehingga makna sesungguhnya adalah diwujudkan dengan mengikuti apa yang Rasul bawa kepada kita. Tidak pandang bulu apakah itu persoalan ritual, persoalan tata Negara, keluarga, atau lainnya. Sesugguhnya syariat yang dibawa oleh Rasul adalah syariat yang sempurna dan syariat yang komprehensif dalam menyelesaikan seluruh persoalan kehidupan dari waktu ke waktu.

Meskipun kita juga patut memberikan catatan bahwa meneladani Rasulullah juga tidak dilakukan secara membabi buta. Karena dalam meneladani Rasulullahpun juga perlu membedakan antara hal yang tergolong perbuatan jibiliyah (perbuatan yang merupakan tabiat manusia, seperti duduk, makan, minum, dan sebagainya) dan perbuatan Rasulullah sebagai seorang Rasul.

Kita ikuti sepenuhnya apa yang dibawa Muhammad Saw sebagai seorang Rasul dengan berbagai syariat yang sudah dibawanya. Adapun amal beliau sebagai manusia biasa tidak harus mengikuti sepenuhnya karena hal tersebut bukan merupakan syariat, seperti contohnya jenis makanan Rasulullah berupa kurma, dan hal-hal lain selebihnya.

Demikian juga, kaum muslimin juga jangan terjebak dengan istilah keteladanan. Banyak kalangan yang menyatakan bahwa untuk menjadi masyarakat yang baik maka diperlukan keteladanan oleh para pemimpin-pemimpin negeri atau masyarakat. Seolah adanya kebutuhan bagi masyarakat untuk meneladani para pemimpin atau para tokoh masyarakat untuk menjadi masyarakat yang baik.

Sesungguhnya keteladanan hanya boleh dilakukan oleh kaum muslimin kepada Rasulullah. Tidak diperlukan bahkan tidak diperbolehkan meneladani siapapun kecuali Rasulullah. Bahkan seorang kepala negara/khalifah pun tidak boleh untuk dijadikan teladan. Karena seorang khalifah adalah objek yang dihukumi bukan sumber hukum.

Berbeda dengan Rasulullah yang merupakan sumber hokum, karena apa yang diucapkan, yang diperbuat, dan diamnya Beliau adalah sebuah sumber hukum yaitu As Sunnah. Sehingga meneladani selain Rasulullah adalah sebuah keteladanan yang salah kaprah. Meneladani kepemimpinan adalah dengan jalan meneladani Rasulullah dalam hal kepemimpinan. Bagaimana umat memiliki kepemimpinan berfikir yang benar yaitu berdasarkan akidah dan hukum yang benar yaitu Islam. Jangan mengaku meneladani kepemimpinan Rasulullah jika kepemimpinan berfikir kita bukan kepemimpinan berfikir Islam melainkan kepemimpinan berfikir yang kufur.



Ikhtitam

Sebagai seorang muslim yang sudah berikrar bahwa Muhammad adalah Rasulullah maka akan menjadi sebuah motivasi besar bagi kita untuk mengikuti apa yang sudah Allah syariatkan melalui Rasul-Nya Muhammad Saw. Sepatutnya kita berupaya untuk mengambil kemuliaan atas kemuliaan yang Allah janjikan bagi hambanya yang mau mengikuti dan mencintai Allah dan Rasul-Nya.

Semoga kita menjadi orang-orang yang diberi kemuliaan oleh Allah atas upaya kita dalam rangka ketaatan kepada Allah Swt. Dan semoga kita menjadi hamba-hamba yang dicintai oleh Allah Swt. Allah berfirman dalam surat Ali Imran ayat 31: Jika Kalian (benar-benar) mencintai Allah, maka ikutilah aku, niscaya Allah mencintai kalian dan mengampuni dosa-dosa kalian, Alah Maha pengampun lagi Maha penyayang.

Wallahu a’lamu bishawab.

0 komentar:

Posting Komentar