Selasa, 17 September 2013

Neo Imperialisme

Tahun ini Indonesia merayakan 68 tahun kemerdekaanya. Ini artinya sudah 68 tahun negeri ini terbebas dari penjajahan. Namun ada baiknya kita renungkan kembali makna kemerdekaan dari imperialisme penjajah. Apakah kita sudah layak berpuas diri dengan kemerdekaan fisik seperti saat ini?



Menurut Wikipedia, Imperialisme adalah sebuah kebijakan di mana sebuah negara besar dapat memegang kendali atau pemerintahan atas daerah lain agar negara itu bisa dipelihara atau berkembang. Definisi ini seakan mempromosikan bahwa imperialisme bertujuan baik, karena negara lain yang dikendalikan oleh negara besar bisa dipelihara untuk menjadi berkembang. Seolah-olah imperialisme adalah Dewa penolong bagi negara yang dijajah. Padahal faktanya imperialisme negara-negara Kapitalis di negeri jajahan mereka selalu meninggalkan penindasan dan luka yang mendalam bagi rakyatnya.

Dalam sejarah imperialisme, tidak terhitung berapa korban dari wilayah yang dijajah. Perang Dunia I dan II saja memakan jutaan jiwa dan penderitaan bagi mereka yang masih hidup. Dua bom atom yang dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki membunuh lebih dari tiga juta jiwa rakyat sipil. Perang Dingin dan Perang Melawan Terorisme yang dipimpin oleh AS juga telah menimbulkan banyak korban rakyat sipil.

Ribuan kaum Muslim di Irak dan Afganistan dibunuh atas dasar perang melawan terorisme yang penuh kebohongan. Begitu juga sejarah imperialisme di negeri ini. Akibat penjajahan Belanda selama 350 tahun dan penjajahan Jepang 3.5 tahun, tidak sedikit rakyat Indonesia mengalami kerugian baik fisik (korban jiwa dan harta benda) maupun kerugian non fisik.

Sungguh definisi imperialisme diatas tidak mewakili fakta imperialisme yang sesungguhnya. Namun pendapat John Perkins nampaknya dapat memberikan sebuah definisi yang lebih tepat tentang imperialisme. Seperti yang ditulis Perkins dalam pengantar bukunya yang diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia dengan judul “Pengakuan Bandit Ekonomi: Kelanjutan Kisah Petualangannya di Indonesia & Negara Dunia Ketiga”. Perkins menulis jika Imperium adalah negara-bangsa yang mendominasi negara-bangsa lainnya dan menunjukkan satu atau lebih ciri-ciri berikut:

1. Mengeksploitasi sumber daya dari negara yang didominasi.

2. Menguras sumber daya dalam jumlah yang tidak sebanding dengan jumlah penduduknya jika dibandingkan dengan bangsa-bangsa lain.

3. Memiliki angkatan militer yang besar untuk menegakkan kebijakannya ketika upaya halus gagal.

4. Menyebarkan bahasa, sastra, seni, dan berbagai aspek budayanya ke seluruh tempat yang berada di bawah pengaruhnya.

5. Menarik pajak bukan hanya dari warganya sendiri, tapi juga dari orang-orang di negara lain, dan

6. Mendorong penggunaan mata uangnya sendiri di negara-negara yang berada di bawah kendalinya.

Dalam tulisannya Perkins menulis, “Semua ciri imperium global itu ada pada AS.” Dengan kata lain, Amerika Serikat adalah Imperium Global di masa sekarang.

Sebagai mantan tim perusak ekonomi—diistilahkannya sendiri sebagai “The Economic Hit Men”—Perkins dengan berani mengungkapkan kesaksiannya jika dewasa ini negara-negara dunia ketiga, alias negara terkebelakang, merupakan jajahan Imperium AS, termasuk Indonesia. Jika penguasanya disebut “Empire” atau “Emperor”, maka sistem yang berlaku adalah Imperialisme.

Secara kesejarahan kata Imperialisme muncul pertama kali di Inggris pada akhir abad XIX. Istilah imperialisme berasal dari kata Latin “imperare” yang artinya “memerintah”. Hak untuk memerintah (imperare) disebut “imperium”. Orang yang diberi hak itu (diberi imperium) disebut “imperator”. Yang lazimnya diberi imperium itu ialah raja, dan karena itu lambat-laun raja disebut imperator dan kerajaannya (ialah daerah dimana imperiumnya berlaku) disebut imperium.

Di masa lalu, tindakan untuk menguasai suatu wilayah kerajaan selalu menggunakan senjata api atau peperangan. Namun sekarang tidak selalu. Penguasaan bisa dilakukan dengan kekuatan ekonomi, kultur, agama, pendidikan, dan ideologi. Dan tentu saja, perang sebagai alat terakhir sebagaimana yang menimpa Irak dan Afghanistan.

Imperialisme didorong oleh keserakan manusia, yaitu untuk merampas kekayaan alam negeri yang dijajah, mendominasi, dan menindas manusia-manusia yang ada di dalamnya. Motif imperialisme/kolonialisme Barat tidak bisa dipisahkan dari ideologi Kapitalisme yang diusung oleh mereka. Segala cara akan mereka lakukan demi mewujudkan tujuan mereka (3 G = Gold/kekayaan, Gospel/agama dan Glory/kejayaan) termasuk pembantaian terhadap umat manusia.

Imperialisme (penjajahan) sendiri merupakan strategi yang sering ditempuh oleh negara-negara kapitalis. Hal ini wajar karena kapitalisme tidak akan eksis kecuali melakukan penjajahan (isti’mar) terhadap umat lain. Imperialisme, kolonialisme, atau penjajahan telah dijadikan oleh negara-negara kapitalis seperti AS untuk membuka peluang baru bagi penanaman modal, menemukan pasar baru bagi kelebihan produksi yang tidak dapat dijual di dalam negeri, serta mengamankan pemasukan bahan baku murah untuk kelanjutan proses produksi dalam negeri.

Imperialisme ini kemudian menimbulkan hubungan superior dan inferior—negara-negara kapitalis menganggap mereka merupakan tuan, sementara negara lain adalah budak yang harus tunduk apapun perintah tuannya.

John Perkins dalam bukunya yang mengisahkan perannya sebagai seorang Economic Hit Man (EHM), memberikan uraian, bagaimana dia dan sejawatnya sesama EHM melakukan serangkaian tindakan yang sistematis untuk menjajah suatu negara. Penjajahan ini tidak perlu diartikan sebagai penjajahan secara de jure, sehingga, meskipun secara de jure sebuah negara adalah sah dan berdaulat, maka secara de facto negara tersebut berada dalam pengaruh negara lain.



Pengaruh ini, diuraikan oleh John, terutama dalam aspek ekonomi, di mana sumber daya yang dimiliki secara manipulatif dimanfaatkan untuk menyokong kepentingan negara penjajah tersebut, dan hanya sedikit sekali -bahkan tidak ada sama sekali yang digunakan untuk kemanfaatan negara pemilik sumber daya tersebut. Mereka, para EHM, datang kepada negara-negara tujuan (calon terjajah) dengan membawa sebuah ilusi ekonomi.

Dengan dalih kemajuan, pertumbuhan ekonomi, dll, para EHM lalu mengarahkan para penentu kebijakan, dan para pengambil keputusan kepada cara yang benar guna mencapai kemajuan-kemajuan ekonomi tersebut. Cara yang benar tersebut adalah dengan menerima investasi yang mereka tawarkan yang jelas sekali tidak memihak kepentingan lokal.

Sebagai contoh, di negeri ini yang kaya akan sumber daya alam menjadi lahan yang menggiurkan untuk asing. Tak hanya di rempah-rempah, seperti yang diincar oleh Belanda saat menjajah Hindia. Namun minyak, gas dan tambang emas, tembaga dll kini juga menjadi incaran. Banyak perusahaan asing yang meneken kontrak eksplorasi di negeri ini. Contoh saja Freeport, Chevron, Shell dll. Bahkan, dari semua BUMN yang telah diprivatisasi, kepemilikan asing sudah mencapai 60 persen. Lebih tragis lagi di sektor minyak dan gas. Porsi operator migas nasional hanya sekitar 25 persen, selebihnya 75 persen dikuasai pihak asing.

Sementara laporan khusus yang ditulis oleh Ketua KPK-N (Komite Penyelamat Kekayaan Negara), Marwan Batubara yang tersaji dalam sebuah buku beliau yang berjudul ‘Menggugat Pengelolaan Sumber Daya Alam”, mencatat Kontrak Blok D-Alpha Natuna sudah sangat merugikan negara. Berdasarkan KBH, porsi bagi hasil Exxon dan pemerintah ditetapkan sebesar 100 : 0. Artinya, pemerintah sama sekali tidak memperoleh bagi hasil, karena seluruh keuntungan produksi gas yang dihasilkan Natuna merupakan hak milik Exxon selaku kontraktor.

Alasannya, eksploitasi D-Alpha Natuna membutuhkan investasi biaya yang besar dan biaya pemisahan CO2 sangat tinggi. Sedangkan potensi penjualan gas saat itu masih rendah. Karena itu, bagian 100% keuntungan bagi kontraktor dianggap sebagai suatu hal yang wajar. Bagian pemasukan yang diperoleh pemerintah dari kontrak ini hanyalah pajak dan sejumlah dana kecil diawal masa eksplorasi dan eksploitasi.

Lebih wah lagi adalah penguasaan asing terhadap SDA negeri ini di Freeport. Sebagaimana Nampak dalam table berikut :





Ironis memang karena rakyat justru tidak pernah menikmati kekayaan alam yang ada di tanah mereka sendiri. Benar-benar eksploitasi alam untuk kesejahteraan dan kepentingan negara tuannya (negara Kapitalis barat). Masih pantaskah kita disebut sebagai negara yang merdeka dan berdaulat secara hakiki?



Khatimah

Kemerdekaan secara fisik memang telah diperoleh, namun sungguh, saat ini telah hadir neo imperialisme dan kolonialisme (nekolim) atas negeri – negeri kaum muslimin. Nekolim hadir dalam bentuk yang sangat halus, yakni penjajahan ekonomi melalui kontrol kebijakan ekonomi oleh IMF dan Bank Dunia, serta penguasaan aset dan SDA negeri kaum muslimin oleh kaum kapitalis barat. Nekolim juga hadir dalam bentuk penjajahan Budaya, seperti pemaksaan penerapan ide HAM di negeri-negeri muslim, serangan ide kebebasan individu dll.

Jika di masa lalu dijajah secara fisik sehingga dilakukan perlawan fisik (jihad) oleh para pejuang muslim seperti Imam Bonjol, Teuku Umar, Pangeran Dipenogoro, Hasanudin, Sultan Babullah hingga HOS Tjokroaminoto, H. Agus Salim dan KH. Hasyim Asyari melawan penjajah kafir, maka tugas generasi saat ini untuk berjuang membebaskan ummat dari neo imperialisme berbentuk Penjahan Ekonomi, Politik, HAM Negara – Negara Kapitalis terhadap negeri kaum muslimin. Perjuangan ini tidak dapat dilakukan kecuali melalui perang pemikiran (ghazwul fikr) dan perang kebudayaan (ghazwul tsaqofi) menentang pemikiran dan kebudayaan kufur sosialis, komunis ataupun kapitalis.

Tidak ada jalan lain untuk menyongsong kemuliaan dan kejayaan umat selain kembali kepada kehidupan Islam dalam naungan sistem Islam sebagai satu-satunya jalan untuk membebaskan kaum muslimin dari penindasan dan penguasaan imperialisme barat. Sebagaimana firman Allah swt,”Dialah yang telah mengutus RasulNya (dengan membawa) petunjuk (Al-Quran) dan agama yang benar untuk dimenangkanNya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrikin tidak menyukai.” (TQS. At Taubah : 33).

wallahu’alam bi showab





.

.







1 komentar:

Terimah kasih atas postinganya . .Sangat bermanfaat untuk menambah referensi

Posting Komentar